7. Aktivitas Megawati SukarnoPutri
AKTIVITAS MEGAWATI S. PUTRI
Megawati adalah presiden kedua yang
menjabat pada masa pemilu multipartai pasca tumbangnya orde baru. Nama gotong
royong juga dipilih megawati untuk menguatkan visi misi utama pemerintahannya,
yaitu rekonsiliasi nasional. Indonesia, saat Megawati terpilih menjadi presiden
sedang porak-poranda akibat beragam konflik, seperti konflik komunal (ambon,
poso, sampang) dan konflik politik (pemakzulan Gus Dur oleh koalisi yang
sebelumnya mendukungnya). Gotong royong adalah kata yang dipilih untuk
merekonsiliasi atau mempersatukan bangsa Indonesia dalam semangat membangun
kembali. Melalui Kabinet Gotong Royong, Presiden Megawati Sukarnoputri telah
menunjukkan manuver politik yang piawai dan berhasil memberikan impresi yang
positif pada berbagai lapisan masyarakat. Saat itu tumbuh dan berkembang
pendapat pada berbagai masyarakat termasuk pelaku ekonomi, kalangan birokrasi,
pengamat politik, dan masyarakat kampus bahwa Kabinet Gotong Royong yang
dilantik pada hari Jum’at 10 Agustus yang lalu adalah kabinet yang cukup
tangguh. Pandangan tersebut didasarkan atas kenyataan bahwa 26 dari 32 jabatan
menteri dan setingkat menteri dijabat oleh para profesional yang menguasai
bidang tugas masing-masing.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya Kabinet Gotong
Royong dalam menjalankan pemerintahan,
masyarakat sangat dikecewakan. Pasalnya, kinerja dari Kabinet Gotong Royong
tersebut dinilai lamban dalam mengatasi masalah yang terjadi di negara kita
saat itu. Wacana publik tentang efektifitas tim ekonomi Kabinet Gotong Royong (KGR) dalam menghantarkan Indonesia untuk secepatnya keluar dari krisis
yang telah menggerogoti
ekonomi dan kehidupan social-politik selama lima tahun terakhir ini didominasi oleh pandangan bahwa anggota Kabinet Gotong Royong bertindak
sangat lamban dan tanpa koordinasi
yang penuh. Persepsi ini secara sadar banyak digaungkan oleh kalangan akademisi dan politisi baik secara kolektif maupun secara perorangan yang
pada gilirannya diterima sebagai suatu realitas oleh masyarakat.
Ekonomi di bawah pemerintahan Megawati tidak mengalami
perbaikan yang nyata dibandingkan sebelumnya, meskipun kurs rupiah relatif
berhasil dikendalikan oleh Bank Indonesia menjadi relatif lebih stabil. Kondisi
ekonomi pada umumnya dalam keadaan tidak baik, terutama pertumbuhan ekonomi,
perkembangan investasi, kondisi fiskal, serta keadaan keuangan dan perbankan.
Dengan demikian, prestasi ekonomi pada tahun kedua pemerintahan sekarang ini
tidak menghasilkan perbaikan ekonomi yang cukup memadai untuk sedikit saja
memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan mempertahankan kesempatan kerja. Analisis
yang cukup kerap dari banyak kalangan membuktikan bahwa selama ini tim ekonomi tidak mampu, menyelesaikan proses pemulihan ekonomi dan memperbaiki perekonomian secara lebih luas. Kondisi perekonomian masih
terus dalam ketidakpastian, terutama
karena terkait dengan masalah keamanan, seperti dalam kejadian pemboman beruntun sejak tahun 1998 sampai tahun 2002.
Masalah pertumbuhan ekonomi, investasi dan pengangguran adalah gambaran yang paling suram di bawah kabinet gotong royong ini.
Namun disisi lain Megawati masih telah menerapkan
kebijakan-kenijakan yang telah ia capai selama pemerintahannya. Kebijakan-kebijakan pada masa
Megawati, yaitu :
1.
Memilih dan Menetapkan. Ditempuh dengan meningkatkan
kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan kesatuan. Upaya ini
terganggu karena peristiwa Bom Bali yang mengakibatkan kepercayaan dunia
internasional berkurang.
2.
Membangun tatanan politik yang baru. Diwujudkan dengan
dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan
presiden dan wapres.
3.
Menjaga keutuhan NKRI. Setiap usaha yang mengancam keutuhan
NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso. Hal tersebut
diberikan perhatian khusus karena peristiwa lepasnya Timor Timur dari RI.
4.
Melanjutkan amandemen UUD 1945. Dilakukan agar lebih sesuai
dengan dinamika dan perkembangan zaman.
5.
Meluruskan otonomi daerah. Keluarnya UU tentang otonomi
daerah menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang pelaksanaan otonomi daerah.
Karena itu, pelurusan dilakukan dengan pembinaan terhadap daerah-daerah.
6. Tidak ada masalah yang berarti dalam
masa pemerintahan Megawati kecuali peristiwa Bom Bali dan perebutan pulan
Ligitan dan Sipadan.
Komentar
Posting Komentar